artinya "ya allah tuhan yang memiliki seruan yang sempurna dan shalat yang tetap didirikan, kurniailah nabi muhammad wasilah (tempat yang luhur) dan kelebihan serta kemuliaan dan derajat yang tinggi dan tempatkanlah dia pada kependudukan yang terpuji yang telah engkau janjikan, sesungguhnya engkau tiada menyalahi janji, wahai dzat yang paling subhanallohilqodiri al-qohiri al-qowiyyi al-'azizi al jabbari al hayyi al qoyyumi bi la mu'iinin ilahi innaka qulta " ud 'uuni astajib lakum wa innaka la tukhliful mi'ada . 1x kemudian membaca la ilaha illallohul 'ajiju al jalilu ya 'ajizu ya jalilu 1x ROBBANAWA ATINA MA WA'ATTANA 'ALA RUSULIKA WALA TUKHZINA YAUMAL QIYAMAH INNAKA LA TUKHLIFUL MI'AD. Nabi bersabda (artinya saja): Apa bila kalian berada dalam perkara yang besar (masalah atau problem hidup apapun) maka bacalah Hasbunallohu wa ni'mal wakiil. 2. Nabi bersabda: Barang siapa membaca 10 kal Alihbahasa dan Editor:Pramesywara Abu MiqdadBagi saudara-saudaraku sekalian yang ingin berinfak untuk membantu pengembangan dakwah penerjemahan video-video Vay Tiแปn Trแบฃ Gรณp Theo Thรกng Chแป‰ Cแบงn Cmnd. *unplash Bismillahโ€ฆ Doa setelah azan, tidak asing di telinga kita. Setiap petang tiba, saat matahari beranjak kembali ke peraduannya, hampir semua stasiun TV Nasional menayangkan azan maghrib, disusul doa setelah azan. Coba pembaca sekalian perhatikan, hampir setiap doa azan yang ditayangkan, ditutup dengan kalimat โ€œInnaka Laa Tukhliful Miiโ€™aadโ€. Tambahan kalimat inilah yang perlu dikaji. Adapun kalimat doa sebelumnya, sudah tepat sesuai hadis shahih, alhamdulillah. Karena, beragama sangat tidak cukup hanya berkiblat kepada televisi. Meski televisi dianggap sebagai media yang paling digandrungi masyarakat Indonesia. Kita beragama berdasarkan dalil Al Quran dan Hadis yang shahih, dan tentu saja di atas bimbingan pemahaman para sahabat -semoga Allah meridhoi mereka-. Menyoal Kalimat โ€œInnaka Laa Tukhliful Miiโ€™aadโ€ Pada Doa Setelah Adzan Nabi shallallahu alaih wasallam bersabda, ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญููŠู†ูŽ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ุงู„ู†ู‘ูุฏูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุจู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุนู’ูˆูŽุฉู ุงู„ุชู‘ูŽุงู…ู‘ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ุงู„ู‚ูŽุงุฆูู…ูŽุฉูุŒ ุขุชู ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุงู„ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ููŽุถููŠู„ูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุงุจู’ุนูŽุซู’ู‡ู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู‹ุง ู…ูŽุญู’ู…ููˆุฏู‹ุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูˆูŽุนูŽุฏู’ุชูŽู‡ูุŒ ุญูŽู„ู‘ูŽุชู’ ู„ูŽู‡ู ุดูŽููŽุงุนูŽุชููŠ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู โ€œBarangsiapa yang berdoa tatkala mendengar seruan azan Ya Allah, Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna dan salat yang tetap ditegakkan, karuniakanlah kepada Muhammad wasilah dan kemuliaan, serta tempatkanlah ia pada kedudukan yang telah Engkau janjikan. Maka ia akan menerima syafaโ€™atku hari kiamat.โ€ Takhrij Hadis ini diriwayatkan oleh โ€“ Al Bukhari dan Ahmad bin Hanbal, โ€“ Abu Dawud dari Ahmad bin Hanbal, โ€“ Ibnu majah, dari Muhamad bin Abul Hasan, Adz Dzuhli dan Al Abbas bin Al Walid, โ€“ Demikian juga Ibnu hibban meriwayatkan melalui jalur Adz Dzuhli, โ€“ At Tirmidzi, dari Muhammad bin Sahl Al Baghdadi dan Ibrahim bin Yakub. โ€“ An Nasai, dari Amr bin Manshur, โ€“ Ibnu Khuzaimah, dari Musa bin Sahl ar Ramli, โ€“ At Thahawi dan Ath Thabarani, dari Abu Zurah Ad Dimasyqi, โ€“ At Thusi, melalui jalur Al Juzajani, โ€“ Ibnu Abi Ashim, dari Muhammad bin Muslim bin Waarah, โ€“ Sedangkan Al Baihaqi meriwayatkan melalui jalur Muhammad bin Auf, dengan tambahan kalimat ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji di akhir doa. Semua perawi yang tertulis tebal menerima hadis tersebut dari P Ali bin Ayyasy, dari Syuโ€™aib bin Abu Hamzah, dari Muhammad bin Al Munkadir, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, dari nabi shallallahu alaih wasallam. Skema Sanad Telaah Kritis Kalimat ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ Poros P jalur hadis adalah Ali bin Ayyasy. Bila kita cermati, maka dapat terlihat bahwa Muhamad bin Auf adalah satu-satunya perawi yang menyebutkan tambahan ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ . Padahal ada puluhan perawi yang menerima hadis ini dari Ali bin Ayyasy. Diantara mereka para ulama kredibel yang menguasai seluk beluk hadis, seperti; imam Ahmad dan imam Al Bukhari. Namun tak satu pun dari mereka yang menyebutkan tambahan tersebut. Memang, Muhammad bin Auf termasuk perawi kredibel dan penghafal hadis ulung. Tapi, apakah dalam situasi ini tambahan kalimat yang ia sebutkan bisa diterima? Al Hafidz ibnu Hajar dalam an-Nukat memberikan sebuah kesimpulan dari pernyataan para ulama kritikus hadis untuk kasus seperti ini. Kata beliau, ููŽุญูŽุงุตูู„ู ูƒูŽู„ูŽุงูู… ู‡ูŽุคูู„ูŽุงูุก ุงู„ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉูŽ ุฅูู†ู‘ูŽู…ุงูŽ ุชูู‚ู’ุจูŽู„ู ู…ูู…ู‘ูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุญูŽุงููุธู‹ุง ู…ูุชู’ู‚ูู†ู‹ุง ุญูŽูŠู’ุซู ูŠูŽุณู’ุชูŽูˆููŠ ู…ูŽุนูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฒูŽุงุฏูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ููŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ููˆุง ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽุฏูŽุฏู‹ุง ู…ูู†ู’ู‡ู ุฃูŽูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุฃูŽุญู’ููŽุธู ู…ูู†ู’ู‡ู ุฃูŽูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุญูŽุงููุธู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุตู’ู„ู ุตูŽุฏููˆู‚ู‹ุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุฒููŠูŽุงุฏูŽุชูŽู‡ู ู„ูŽุง ุชูู‚ู’ุจูŽู„ู โ€œKesimpulan dari pernyataan para imam tersebut, bahwa tambahan kata/kalimat dapat diterima dari seorang Perawi yang hafidz/penghafal hadis ulung, lagi mutqin/kuat hafalan. Dimana perawi tersebut kualitas hafalannya setingkat dengan perawi yang tidak menambahkan kata. Tetapi, jika mereka yang tidak menambahkan kata lebih unggul secara kuantitas, atau di Antara mereka ada yang kualitas hafalannya lebih bagus, atau si perawi yang menambahkan kata tadi bukan seorang hafidz, meskipun ia seorang yang jujur, maka tambahan tersebut tidak bisa diterima.โ€ Berdasarkan ketentuan di atas, maka tambahan ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ dianggap lemah, bahkan masuk kategori syadz. Sebab, imam Ahmad, imam al-Bukhari dll, secara kualitas maupun kuantitas lebih unggul dari Muhammad bin Auf. Alasan inilah yang menjadikan Syekh Al Albani dalam Irwa al-Ghalil menghukumi syadz kalimat tambahan tersebut. Katanya, ุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ ูููŠ ุขุฎูุฑู ุงู„ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุจูŽูŠู’ู‡ูŽู‚ูู‰. ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุดูŽุงุฐู‘ูŽุฉูŒ ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุฑูุฏู’ ูููŠ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุทูุฑูู‚ู ุงู„ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุนูŽู†ู’ ุนูŽู„ููŠ ุจู’ู†ู ุนูŽูŠู‘ูŽุงุดูุŒ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ูููŠ ุฑููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ูƒูุดู’ู…ููŠู’ู†ูู‰ ู„ูุตูŽุญููŠู’ุญู ุงู„ุจูุฎูŽุงุฑููŠ ุฎูู„ูŽุงูู‹ุง ู„ูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ููŽู‡ููŠูŽ ุดูŽุงุฐู‘ูŽุฉูŒ ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ู„ูู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุชูู‡ูŽุง ู„ูุฑููˆูŽุงูŠูŽุงุชู ุงู„ุขุฎูŽุฑููŠู’ู†ูŽ ู„ูู„ุตู‘ูŽุญููŠู’ุญูุŒ ูˆูŽูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู„ู’ุชูŽููุชู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุงู„ุญูŽุงููุธูุŒ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ู‡ูŽุง ูููŠ ุงู„ููŽุชู’ุญู ุนูŽู„ูŽู‰ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุชูู‡ู ูููŠ ุฌูŽู…ู’ุนู ุงู„ุฒููŠูŽุงุฏูŽุงุชู ู…ูู†ู’ ุทูุฑูู‚ู ุงู„ุญูŽุฏููŠู’ุซู ูˆูŽูŠูุคูŽูŠู‘ูุฏู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู‚ูŽุนู’ ูููŠ ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ ุงู„ุนูุจูŽุงุฏู ู„ูู„ู’ุจูุฎูŽุงุฑููŠ ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู†ูŽุฏู ูˆูŽุงุญูุฏูŒ. โ€œTambahan ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ di akhir teks riwayat Al Baihaqi adalah syadz. Karena tidak tercantum di seluruh jalur hadis dari Ali bin Ayyasy. Kecuali dalam sahih Al Bukhari riwayat versi Al Kusymini Al Kusymihani. Namun itu berbeda dari riwayat sahih al-Bukhari yang ada. Maka status riwayat itupun syadz, karena menyelisihi riwayat sahih Al Bukhari yang lainnya. Boleh jadi, karena alasan ini Al Hafidz ibnu Hajar tidak menyinggungnya. Beliau tidak menyebutkan riwayat Al Kusymihani tersebut dalam fathul Bari, sebagaimana kebiasaan beliau dalam menggabungkan tambahan-tambahan kata/kalimat dari beberapa jalur hadis. Hal ini dikuatkan, bahwa tambahan tersebut tidak tercantum dalam karya Al Bukhari khalqu afโ€™al al-Ibad, padahal sanad hadisnya sama dengan yang tercantum di kitab sahih nya.โ€ Kesimpulan Tambahan ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ุชูุฎู’ู„ููู ุงู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏูŽ sangat lemah, dan tidak termasuk dari bagian doa yang dianjurkan setelah adzan. Wallahu aโ€™lam. ________ Referensi Shahih al-Bukhari no. 614 dan 4719 Musnad Ahmad, jilid. 23, hal. 120, no. 14817 Sunan Abu Dawud, no. 529 Jamiโ€™ At Tirmidzi, no. 211 Sunan An Nasai, no. 680 Sunan ibnu Majah, no. 722 Sahih ibnu khuzaimah jilid. 1, hal. 249, no. 420 Sahih ibnu Hibban, jilid. 4, hal. 586, no. 1689 Mustakhraj Ath Thusi, jilid. 2, hal. 34 Syarh Maโ€™ani al Atsar, jilid. 1, hal. 146, no. 895 Musnad Asy Syamiyin, jilid. 4, hal. 149, no. 2972 As Sunnah, ibnu Abi Ashim, jilid. 2, hal. 395, no. 826 As Sunan Al Kubra, jilid. 1, hal. 603, no. 1933 An Nukat, hal. 498 irwa al-Ghalil jilid. 1, hal. 260-261 **** Ditulis oleh Abu Hurairah, BA Beliau adalah mahasiswa magister S2 Ilmu Hadis, di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Alumni PP. Hamalatulqurโ€™an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Univ. Islam Madinah KSA โ€“ Kumandang adzan adalah tanda bahwa waktu sholat telah tiba. Umat muslim dipanggil untuk segera melaksanakan sholat sesuai waktunya. Membaca doa setelah adzan, sekaligus berdoa kepada Allah SWT diantara adzan dan iqamah merupakan salah satu wakyu mustajab terkabulnya doa-doa. Anas bin Malik, Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Tiada tertolak doa antara adzan dan iqamah." HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa'i. Rasulullah SAW mengajarkan untuk melafalkan bacaan doa setelah adzan usai mendengar lantunan adzan. Doa setelah adzan ini termasuk amalan sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah SAW bersabda "Barang siapa setelah mendengar adzan mengucapkan 'Allรขhumma Rabba hรขdzihid-da'wati at-tรขmmati, wash-shalรขtil-qรขimati, รขti sayyidanรข Muhammad al-washilah wal fadlรฎlah, wad-darajatar rafรฎ'ah wab'atshu maqรขman mahmรปdan alladzรฎ wa'adtah', maka dia akan mendapatkan syafaatku kelak." Menurut ustadz Abdul Somad dalam ceramahnya mengatakan bahwa, siapa yang membaca doa setelah adzan layak mendapatkan syafaat dari Allah Sat pada hari kiamat. Berikut Bacaan Doa Setelah Adzan Lengkap Dengan Artinya ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุจู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุนู’ูˆูŽุฉู ุงู„ุชู‘ูŽุงู…ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฆูู…ูŽุฉู ุขุชู ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ููŽุถููŠู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงุจู’ุนูŽุซู’ู‡ู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู‹ุง ู…ูŽุญู’ู…ููˆุฏู‹ุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูˆูŽุนูŽุฏู’ุชูŽู‡ู ุงูู†ูŽูƒูŽ ู„ุงูŽ ุชูุฎู’ู„ููู ุงู’ู„ู…ููŠู’ุนูŽุงุฏ Allahumma rabba haadzihid da'watit taammah. Wash shalaatil qaa-imah. Aati muhammadal wasiilata wal fadhiilah, wab'atshu maqoomam mahmuudal ladzii wa'adtahu innaka la tukhliful mi'ad. Artinya "Ya Allah, Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang sempurna dan memiliki salat yang didirikan. Berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia ke tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau telah janjikan." Doa setelah adzan maghrib ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ูู…ู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุฅูู‚ู’ุจูŽุงู„ู ู„ูŽูŠู’ู„ููƒูŽ ูˆุฅุฏู’ุจูŽุงุฑู ู†ูŽู‡ูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุตู’ูˆูŽุงุชู ุฏูุนูŽุงุชููƒูŽ ููŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŠู’

innaka la tukhliful mi ad artinya